Kamis, 16 November 2017

Komunikasi Produktif Day 10

Saya ingin merubah cara pandang saya dalam berkomunikasi dengan pasangan.
Biasanya saya berpikiran negatif ttg pasangan, saya ingin menang sendiri, egois dan tidak memperhatikan keadaannya.
hari ini, dia sms saya menyatakan keterlambatannya dalam pulang ke rumah krn terjebak hujan dan tidak membawa jas hujan.
saya sudah ber - negatif thinking duluan. kalimat yang muncul di kepala saya adalah "Yah, kok pulang telat sih". Namun saya juga melihat situasi juga di rumah pun sedang hujan, tentu dari arah jakarta pun juga hujan serta jaalanan bekasi yg sedang macet. maka dari itu jawaban yang saya keluarkan adalah "Yaudah hati hati ya".
kalimat tersebut standar saja, namun bagi  saya hal ini akan menimbulkan ketenangan bagi dia untuk menyetir pulang. Saat ini saya sedang berusaha memilih diksi yg nyaman didengar dan melegakan untuk pasangan saya. 

Rabu, 15 November 2017

Komunikasi Produktif - Day 9

Memberi batas waktu nonton tv Danish adalah salah satu cara efektif yang saya aplikasikan untuknya sebelum berangkat sekolah. Danish menyukai nonton tv, dan itu selalu lupa waktu berjam -jam duduk di kursi sambil menonton film kartun.
Jika saya mengomel tidak digubris olehnya, Jika saya langsung matikan tv nya tanpa ngomong apa-apa anaknya akan tantrum. Maka saya membuat perjanjian dengannya jika sudah mendekati jam sekolah maka nonton tv nya saya beri waktu 5 menit lagi ya, lalu saya pasang alarm untuknya. Ketika alarm berbunyi dia tampak patuh dan langsung matikan tv kemudian mandi.

Senin, 13 November 2017

Komunikasi Produktif - Day 8

Danish malam ini tidurnya tidak nyenyak. Dia mengigau, menangis tidak tahu apa yang diinginkan. Ayahnya mencoba menenangkannya dengan nada yang tidak enak menurut saya. cenderung ke mengeluh. Danish tetap saja menangis. Akhirnya saya mencoba untuk memeluknya dan mengurangi bicara. Saya hanya mengeluarkan kalimat shhhh shhhh. sayang sayang . Danish langsung tidur lagi seraya saya peluk dan saya beri guling.
Terkadang bukan perkataan yang diinginkan Danish, namun pelukan dan kalimat yg menenangkan dapat menjadi obatnya untuk tenang. 

Komunikasi Produktif - Day 7

Akhir akhir ini Danish keranjingan main game di android, gamenya talking tom, hal yang paling tidak saya senangi adalah dia srlalu tertawa terbahak bahak melihat atau mendengar aksi tom menirukannya. Akhirnya saya sampai pada puncak jenuh saya, kemudian saya bilang akan menghapus talking tom nya. Sesaat Danish diam saja. saya menanti responnya.. lalu dia melanjutkan bermain seakan omongan saya tidak berefek.
Akhirnya saya memberanikan diri untuk menghapus semua game nya yang nantinya akan berakhir dengan tantrum. Oke, esoknya dia mengambil hapesaya, dan dia kemudian marah, kecewa karena mainannya tidak ada di hp.
Saya diam, menunggu dia menangis agak reda. setelah ada sinyal bahwa dia mau didekap oleh saya. Baru saya peluk.
"Danish kecewa dan marah ya?" . Danish mengangguk. "Ibu kan sudah bilang "ibu akan delete gamr nya kalo danish tertawa seperti itu". Sepertinya dia sudah bisa menerima konsekuensinya, dia hanya diam saja.

pelajaran yang bisa saya ambil adalah, mengancam sebenarnya tidak baik dilakukan untuk anak. Dampak yang saya rasakan dari efek mengancam adalah si anak malah tidak mengindahkan ancaman saya. Hal yang terbaik adalah melaksanakan apa yang sudah saya ucapkan. 

Rabu, 08 November 2017

Komunikasi Produktif - Day 5

Mengikuti Alur berpikirnya merupakan cara yang paling bagus untuk ku dan Danish, kalau sudah mempertahankan pendapatnya susah sekali dipatahkan dengan kalimat larangan atau perintah.
Kali ini berbicara tentang lilin.
Dia ingin sekali menyalakan lilin di rumah sedangkan kita tidak mempunyai lilin yang bisa digunakan.
Komunikasi metode 1, saya sedang wira wiri membersihkan rumah sembari berbicara dengan Dannish:
Danish : "Danish pingin nyalain lilin bu".
Ibu : "Iya nanti kita beli dulu ya lilinnya."
Danish pun ngeyelnya mulai muncul
Danish : "Tapi danish pingin nyalain lilin sekarang."

Saya yang sudah menyadari gejala ini diam sejenak, menatap nya.. kemudian saya coba komunikasi metode 2 dengan menatapnya , duduk disampingnya, dan berbicara dengan intonasi yang lembut:
Ibu : "Oh.. Danish mau nyalain lilin ya
Danish : "Iya."
Ibu : "Sekarang ada ga lilinnya di rumah ?"
Danish : "Ada di depan."
Ibu : "Bisa nyala ga lilin itu?"
Danish : "Gak bisa."
Ibu :Terus harus gimana kita?"
Danish : " Beli lilin dulu bu."
Ibu : " Ya udah kita beli lilin dulu ya."

Akhirnya Danish mengikuti nya tanpa sanggahan. 


Selasa, 07 November 2017

Komunikasi Produktif - Day 4

Memahami perasaannya juga sangat dibutuhkan ketika kami berkomunikasi, karena Danish juga memiliki perasaan yang sensitif. Danish mengantarkan ku kontrol ke rumah sakit. Seperti biasa sebelum berangkat saya memberitahukan kemana tujuan perjalanan kita.Saya menanyakan apakah Danish ingin kut lihat adik bayi di dalamperut ibu atau ingin ke rumah uti saja. Dia memilih melihat adik bayi.
Kemudian pergilah kami menuju rumah sakit. Di rumah sakit dia aktif sekali, berlari kesana kemari, memegang lantai. Sesaat setelah pulang saya bilang kepada Danish. "Danish sampai di rumah nanti langsung mandi ya,  tanganmu sudah memegang banyak hal, kotor." Ucap saya. Namun sepertinya dia enggan dilihta dari bahasa tubuhnya yang berubah. Tibalah kami di parkiran mobil, saya membantu membukakan pinu untuknya dan dia naik ke kursi mobil, sepertinya dia ingin menutup pintu namun keduluan oleh saya.
Seketika itu juga mood nya langsung bertambah negatif. Dia menangis, kemudian saya ulangi membuka pinu dan memintanya untuk menutupnya. Namun dia tidak mau. akhirnya saya tutup pintu dan saya duduk di belakang kursi sambil diam sejenak, merenung. Aksi apa yang akan saya utarakan kepada Danish karena sepertinya dia kecewa.
Kemudian saya meminta maaf, "Maaf ya nak ibu yang menutup pintunya, sini ibu peluk dulu. Sudah - sudah maaf ya.." sambil terus diusap punggungnya. ketika sudah agak reda saya utarakan lagi kemauan saya. "Danish nanti langsung mandi ya kalo sudah sampai rumah". kemudian dia mengangguk tanda setuju

Sabtu, 04 November 2017

komunikasi produktif day 2

tema : main ke mall

Pada hari ini saya ada keperluan untuk membeli produk skincare di sebuah mall. Sebelum masuk mall saya sudah membuat perjanjian dengan Danish kalau saya hanya ingin mengajaknya membeli donat, dan main prusutan. oke deal. setelah itu masuklah kita ke mall, pada awalnya semua tampak berjalan lancar kita makan donat, kemudian dia main prusutamainann setelah itu Danish tampak penasaran dengaan suatu toko yaitu toko mainan original, saya pun mengikutinya dengan santai, saya harap dia akan sadar dengan perjanjian yg sudah disepakati. ternyata sampailan dia dengan mainan remote control yang diinginkannya, dia terus memegangnya
berikut percakapannya:
Ibu: "Ayo Danish sudah waktunya pulang"
Danish: "Tapi Danish pingin remote control"
Ibu : Kita kan kesini untuk beli donat dan main aja, kalo beli mainan ada waktunya"
Danish: " Danish ga punya mainan" - maksudnya dia tidak punya mainan remote control
Ibu : "Ibu belikan remote control, tapi nanti kalo adiknya sudah lahir, kan ibu janjinya gitu."
Danish: Danish ga punya mainan di rumah - masih merajuk dambil tetap membawa remote controlnya.
Ibu : Sini coba ibu lihat dulu, Danish, ibu ga punya uang segini banyak untuk mainan. ibu ga bisa membeli mainan ini
Danish : tetap merajuk
Ibu: " Danish kan sudah ibu bilang, ibu akan beliin mainan nanti
Ayah : "Sini ayah peluk ya
Danish masih tetap merajuk, tapi tidak lama kemudian kami mlanjutkan perjalanan ke musholla mall dan setelah itu pulang.
Danish tidak membahasnya lagi dalam perjalanan pulang maupun setelah sampai rumah alias dia sudah lupa dengan mainan yang ada di mall tersebut.
Poin yang saya dapatkan disini adalah konsistensi bicara, jika saya mengiyakan dengan membeli mainan itu hal ini akan terulang. 

Kamis, 02 November 2017

Komunikasi Produktif

Hari Ke-1
Saya akan memilih obyek untuk berkomuniikasi produktif dengan anak saya. Danish seorang laki -laki 4,5 tahun yang masih belajar tentang Emosinya. Saya juga masih belajar memahami dan menetralkan emosi saya ketika bersama dengan dia.
Saya ingin dia mandiri, tapi ini harus dilatih dan saya harus terus konsisten contohnya adalah ketika habis dari kamar mandi, saya menginginkan Danish dengan inisiatif sendiri memakai celananya sendiri, namun dia sepertinya malas untuk melakukannya.
Pada awalnya memang saya pakaikan celananya, namun kemudian saya berpikir kalau begini terus nanti dia akan bergantung seterusnya kepada saya. Akhirnya saya mulai menyuruh dia dengan  tegas atau dengan nada tinggi, hal itu tidak berhasil. Danish tipikal anak yang bisa memainkan emosi saya.
Akhirnya saya bercerita kepada dia, berikut isi percakapannya :
Ibu  : " Danish, kemarin Ibu ketemu bu Iin. Bu Iin bilang ke ibu kalo danish sudah mandiri mau makan sendiri tidak disuapin kalo di sekolah."
Danish : tertawa
Ibu :"Ayo Danish pakai celana sendiri nanti ibu bilang ke Bu Iin. Danish sudah hebat bu bisa pakai celana sendiri."
Danish : reaksi Danish perlahan lahan dia mengenakan celananya sambil tertawa.


Tertarik Menu Yang Lain?

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...