Jurusan Ilmu yang sangat menarik minat saya untuk terus saya pelajari adalah Syukur.
Alasan saya... Rasa Syukur ini merupakan elemen penting untuk menjadi dasar hidup saya. Syukur dalam menjalani kehidupan sebagai pribadi (sendiri), berumah tangga hingga bersosialisasi dengan tetangga , sanak saudara, orang asing. Saya yakin pribadi tanpa hati penuh syukur tidak akan dapat menemukan ketenangan batin, hatinya akan berkecamuk , berangan angan, penuh penyesalan diri. Seringkali saya melihat kehidupan seseorang lebih baik dibanding saya, jika rasa dan sifat ini saya biarkan untuk tumbuh maka akan berlanjut menjadi kegundahan hati hingga memunculkan sifat iri bahkan dengki,
Strategi saya dalam menghadapi dan tindakan preventif saya agar hal tersebut jangan sampai terjadi adalah sebagai berikut :
1. Sebelum hati saya mengarah ke hal tersebut saya beristighfar
2. Mengingat nikmat yang Allah telah berikan kepada saya begitu banyak. Tidak mudah memang mengingat nikmat Allah dikala hati ini sedang kotor, namun istighfar terus menerus akan memperbaikinya
3. Saya selalu ingin berkumpul dengan orang - orang yang mempunyai 1 visi dengan saya, Alhamdulilah dalam keluarga saya ibu saya menjadi contoh yang baik dalam menghadapi kehidupannya yaitu terus bersyukur, dan tante saya selalu mempunyai pandangan yang menarik dalam melihat suatu permasalahan sehingga kesimpulan terakhir yang ditarik oleh tante saya selalu mengarah ke dalam kesyukuran.
4. Saya menjaga jarak dengan orang orang yang pada akhirnya memprovokasi saya, atau saya berusaha menganggap lalu saja pembicaraan yang tidak berguna
5. Saya bersabar dan terus selalu mengingat rahmat Allah dan karunia Allah yang luas
6. Rasa syukur yang ada di dalam hati sebenarnya adalah karunia dari Allah SWT, aka dari itu saya terus berdoa agar diberi hati yang penuh syukur.
Untuk mencapai Kesyukyuran di hati saya, saya mulai berubah. Saya yang dulu adalah "terkadang" tidak mau menerima keadaan/menyalahkan keadaan karena satu dan lain hal, Pemarah, Masa - masa kuliah saya saya bergumul dengan hati yang emosional, labil/pikiran yang sedang berkembang/ saya jauh dari ilmu agama. Kemudian perlahan-lahan Allah mulai memperlihatkan kepada saya Cahaya Islam dari teman-teman kuliah saya, dengan cara baju yang santun, tidak bersentuhan dengan selain muhrim, membuka rapat dengan doa Hal - hal yang selama ini tidak pernah saya ketahui perlahan -lahan hati saya condong ke arah tersebut (Alhamdulilah, Allah masih menyayangi saya dan membuka hati saya ke jalan yang benar). Perubahan diri saya setelah itu saya menggunakan kerudung yang dulunya belum menggunakannya, hal ini lantas mengubah cara pandang dalam hidup saya seketika. Saya menjadi pribadi yang penasaran dalam hal agama, banyak membaca buku, banyak membaca tafsir, dan perlahan - lahan emosi yang dulu labil kemudian digantikan oleh istighfar yang terus melantun lambat laun hati ini menjadi dingin. Prasangka yang buruk itu menjadi hilang digantikan dengan renungan yang dapat mendamaikan hati saya.
Mencari rasa syukur itu berlanjut hingga saya mengikuti majelis taklim yang menurut saya majelis ini sangat super, bisa memberikan saya hidayah, dan ide ide cemerlang menurut saya. Setelah saya mengikuti majelis ini saya menjadi lega dan damai. Apalagi yang diperlukan di dunia ini selain rasa damai, tenang dan nyaman. Iri dan dengki mmang kadang selalu muncul tapi dalam diri saya, saya bertekad untuk memerangi hal tersebut. Karena hal Tersebut sama sekali tidak ada manfaatnya bagi kehidupan saya.
Rasa syukur inipun terus saya cari hingga ke IIP, memiliki anak artinya Allah melimpahkan karunia dan kita harus bertanggung jawab menjaga titipannya. Hati ini terkadang lelah, kesal, marah jika si buah hati tidak mendengarkan instruksi yang saya berikan. Terkadang luapan emosi marah ini mengalir kemudian saya menyesali apa yang telah saya perbuat. Saya melihat salah satu dari teman kulia saya tumbuh menjadi pribadi yang lebih positif dan produktif setelah mengikuti program ini, akhirnya timbul ketertarikan yang dalam untuk saya mengikuti program ini berharap agar saya mendapat pemikiran yang baru dan positif dalam hal parenting.
Perjalanan mencari Kesyukuran masih belum berakhir, semoga kita terus dilindungi oleh-Nya dari sifat sifat yang dapat merusak hati kita
Jazakallahu khairan